Selamat Datang di
alatmiliter3
Kontak Perusahaan | ||
---|---|---|
Nama: | Ibu dinda | |
E-mail: | ||
Pesan Instan: | ||
Nomor Ponsel: | ||
Nomor Telpon: | ||
Alamat: | tangerang selatan, Banten Indonesia | |
Hati-hati terhadap penipuan. Anggota ini BELUM diverifikasi atau disahkan oleh Indotrade atau pihak lainnya. | ||
Rata-rata Tinjauan Pemakai | Tidak ada ulasan untuk perusahaan ini - Menulis tinjauan | |
Tanggal Bergabung: | 25 Jun. 2024 | |
Terakhir Diperbarui: | 20 Jan. 2014 | |
Sifat Dasar Usaha: | Pabrikan dari kategori Keamanan & Perlindungan | |
Ingin menghubungi perusahaan ini?
| ||
Masukan ke Perusahaan Rekanan | ||
Kenalkan ke teman Anda | ||
Penjelasan Ringkas | ||
Sebuah inovasi anak bangsa dari mahalnya sebuah ALUTSISTA : ALAT UTAMA SISTEM SENJATA kami persembahakan karya anak bangsa salah satu produk tactical defence, Non Alut Sista produk pertahanan & perlindungan diri dari sebuah letusan peluru yang mengintai diri kita khususnya area dan wilayah mematikan dari anggota badan kita yaitu dada & kepala. Pada masa itu, untuk mengurangi luka sayatan atau tusukan pedang atau bahkan luka akibat terjangan anak panah, para ksatria kerajaan ( knight) memakai baju dari besi. Sayangnya dengan perkembangan senjata api, perlindungan seperti ini menjadi tidak bermanfaat lagi. Maka dikembangkanlah baju pelindung untuk mementahkan serangan senjata api yang kita kenal dengan sebutan rompi anti peluru. Menurut jenisnya, rompi anti peluru dibedakan menjadi dua, yaitu soft body armor dan hard body armor. Soft Body Armor Dalam tugas keseharian atau dalam tugas penyamaran polisi lebih mengutamakan rompi anti peluru yang ringan. Soft body armor umumnya terbuat dari serat Aramid. Material ini ditemukan tahun 1964, oleh Stephanie Kwolek, seorang ahli kimia berkebangsaan Amerika, yang bekerja sebagai peneliti pada perusahaan DuPont. Aramid adalah kependekan dari kata aromatic polyamide. Aramid memiliki struktur yang kuat, alot, memiliki sifat peredam yang bagus, tahan terhadap asam dan basa, selain itu dapat menahan panas hingga 370Â ° C, sehingga tidak mudah terbakar. Karena sifatnya yang demikian, aramid juga digunakan di pesawat terbang, tank, dan roket. Produk aramid yang dipasarkan dikenal dengan nama Kevlar. Kevlar memiliki berat yang ringan, tapi 5 kali lebih kuat dibandingkan besi. Satu lapisan Kevlar tebalnya kurang dari 1 mm, umumnya standar rompi anti peluru terdiri hingga 32 lapisan dan beratnya bisa mencapai 10 kg. Hard Body Armor Dengan menambahi soft body armor dengan lapisan tertentu, dapat dihasilkan hard body armor. Umumnya lapisan terbuat dari keramik, lempengan logam atau komposit. Bentuknya yang tebal dan berat menjadikannya tidak nyaman digunakan, hingga jarang dikenakan dalam tugas keseharian. Hanya dalam tugas khusus yang beresiko tinggi, seperti operasi militer atau operasi tim khusus. Prinsip Kerja Rompi Anti Peluru Prinsip kerjanya adalah dengan mengurangi sebanyak mungkin lontaran energi kinetik peluru, dengan cara menggunakan lapisan-lapisan kevlar untuk menyerap energi laju tersebut dan memecahnya ke penampang rompi anti peluru yang luas, sehingga energi tersebut tidak cukup lagi untuk membuat peluru dapat menembus rompi anti peluru. Analoginya seperti laju bola yang dapat ditahan oleh jaring gawang. Jaring gawang terdiri dari rangkaian tali yang saling terhubung satu sama lain. Apabila bola tertangkap oleh jaring gawang, maka energi kinetik bola tersebut akan diserap oleh jaring gawang, yang menyebabkan tali di sekitarnya bertambah panjang dan kemudian tekanan tali akan dialirkan ke tiang gawang. Dalam menyerap laju energi peluru, kevlar mengalami deformasi yang menekan ke arah dalam, tekanan kedalam ini akan diteruskan sehingga mengenai tubuh pengguna. Batas maksimal penekanan kedalam tidak boleh lebih dari 44 mm. Jika batasan tersebut dilewati, maka pengguna rompi anti peluru akan mengalami luka dalam yang tentunya akan membahayakan keselamatan jiwa. Anggapan bahwa pemakai rompi anti peluru dapat terhindar sepenuhnya dari cidera yang dihasilkan oleh tembakan adalah salah. Perlu ditekankan sekali lagi, bahwa fungsi utama rompi anti peluru hanyalah untuk menahan peluru. Sehingga peluru tidak sampai masuk ke dalam tubuh pemakai rompi anti peluru. Tidak jarang akibat tekanan yang ditimbulkan peluru tadi, pemakai rompi anti peluru akan menderita luka memar hingga patah tulang. Tentunya cidera juga tergantung dari jenis rompi anti peluru yang digunakan. Ini menunjukkan bahwa istilah rompi anti peluru ( bullet proof vest) tidaklah tepat, istilah yang benar adalah rompi balistik ( ballistic vest) . Level Rompi Balistik Standar rompi balistik yang paling banyak digunakan adalah standar NIJ ( National Institute of Justice) Amerika. Berdasarkan standar ini, rompi balistik dibagi menjadi beberapa tingkatan ( level) , yaitu level I, II-A, II, III-A, III, dan IV. Level I adalah tingkatan yang terendah, rompi balistik hanya dapat menahan peluru yang berkaliber kecil. Lengkapnya lihat gambar di atas. Mulai level III rompi balistik akan dilengkapi dengan lempengan besi, sehingga mampu untuk menahan shotgun. Dengan menggunakan material yang sekarang, makin tinggi tingkat keamanan yang diberikan, maka akan semakin tebal dan berat rompi balistik yang harus dikenakan. Ini tentunya merupakan kekurangan dari material tersebut. Atas dasar ini, pihak ilmuwan dan militer masih mengembangkan material baru yang lebih ringan dan juga lebih kuat. Rompi anti-peluru adalah pakaian pelindung untuk meminimalkan cidera karena terkena peluru. Biasanya dipakai oleh personil militer dan polisi dalam tugas-tugas tertentu. Bahan untuk rompi anti-peluru diantaranya logam ( baja atau titanium) , keramik atau jenis polimer yang dapat memberikan perlindungan ekstra terhadap bagian-bagian vital pemakainya. Rompi ini melindungi pemakainya dengan cara menahan laju peluru. Peluru dihentikan sebelum berpenetrasi ke dalam tubuh. Ketika rompi menahan penetrasi peluru, dorongan dari peluru direduksi dengan menyebarkan momentumnya ke seluruh tubuh. Pemakai tetap akan merasakan energi kinetik dari peluru, hal ini dapat menyebabkan luka memar, bengkak atau luka dalam yang cukup serius. Salah satu polimer yang dikembangkan sebagai bahan rompi anti-peluru modern adalah kevlar. Kevlar dikenal juga sebagai twaron dan poli-parafenilen tereftalamida, yaitu suatu serat sintetik yang kekuatannya lima kali kekuatan tembaga, dengan berat yang sama. Kevlar sangat tahan terhadap panas dan terdekomposisi di atas 400 oC tanpa meleleh. Kevlar ditemukan oleh perusahaan DuPont pada awal 1960-an, hasil kerja dari Stephanie Kwolek. Kevlar merupakan merk dagang yang terdaftar oleh E.I. de Pont de Nemours and Company. Sifat-sifat Kevlar adalah salah satu tipe aramida, yang terdiri dari rantai panjang polimer dengan orientasi paralel. Aramida sendiri merupakan suatu serat sintetik yang berupa rantai panjang poliamida sintetik dengan paling sedikit 85 persen sambungan amidanya menempel secara langsung pada dua rantai aromatik ( gugus amida dan gugus aromatik berselang-seling) . Kekuatan kevlar diperoleh dari ikatan hidrogen intra-molekuler dan interaksi tumpukan aromatik-aromatik antar lembaran. Interaksi-interaksi ini lebih kuat daripada interaksi Van der Waals yang terdapat dalam polimer-polimer sintetik lain dan serat-serat seperti dyneema ( serat yang terbuat dari rantai polietilena yang sangat panjang, yang tersusun searah) . Keberadaan garam-garam dan impuritis lain, biasanya kalsium, dapat mengganggu interaksi pada lembaran polimer dan harus dihilangkan dalam proses produksi. Kevlar terdiri dari molekul-molekul yang relatif rigid, yang membentuk struktur seperti lembaran-lembaran datar pada protein sutra. Dari sifat-sifat tersebut diperoleh serat dengan kekuatan mekanik yang tinggi dan tahan terhadap panas. Kevlar mempunyai gugus-gugus bebas yang dapat membentuk ikatan hidrogen pada bagian luarnya, sehingga dapat mengabsorp air dan mempunyai sifat â basahâ yang baik. Hal ini juga menjadikannya terasa lebih alami dan â lengketâ dibandingkan dengan polimer pada umumnya, seperti polietilen. Kelemahan utama dari kevlar adalah dapat terdekomposisi pada kondisi basa atau ketika terpapar klorin. Meskipun dapat mendukung tensile stress yang besar, kevlar tidak cukup kuat di bawah tekanan kompresif. Untuk mengatasi masalah ini, kevlar sering digunakan secara bersama dengan bahan yang kuat terhadap tekanan kompresif. Produksi Kevlar disintesis dari monomer 1, 4-fenildiamin ( para-fenilendiamin) dan tereftaloil klorida. Hasilnya adalah polimer aromatik amida ( aramida) dengan cincin benzena dan gugus amida yang berselang-seling. Dengan langkah produksi ini, diperoleh lembaran polimer yang tergabung secara acak. Untuk membuat kevlar, bahan-bahan dilarutkan dan diaduk, menghasilkan rantai polimer yang berorientasi membentuk serat. Kevlar berharga mahal karena sulitnya pemakaian asam sulfat pekat dalam produksinya. Kondisi yang ekstrim ini dibutuhkan untuk menjaga ketaklarutan polimer yang tinggi dalam larutan selama sintesis dan pengadukan. Bahan anti-peluru lain yang dikembangkan setelah kevlar diantaranya DSMâ s Dyneema, Akzoâ s Twaron, Toyoboâ s Zylon ( yang kontroversial, studi terbaru melaporkan, bahan ini terdegradasi dengan cepat sehingga pemakainya tidak terlindungi seperti yang diharapkan) , atau Honeywellâ s GoldFlex â semuanya merupakan merk dagang. Bahan-bahan yang baru ini lebih ringan, tipis, dan lebih tahan dibanding kevlar, namun harganya lebih mahal. Proses Bagaimana Sebuah Peluru Ditembakkan Sebelum anda membaca Proses Bagaimana Sebuah Peluru Ditembakkan ini lebih jauh, sebaiknya anda terlebih dahulu memahami bagian-bagian dari peluru. Sebuah peluru terdiri dari beberapa bagian yaitu proyektil peluru ( anak peluru) , selongsong peluru, mesiu, dan primer. Keseluruhan rangkaian ini disebut amunisi. Istilah " peluru " sebenarnya hanya mengacu pada bagian proyektil dari amunisi tersebut, atau anak peluru yang ditembakkan, dan bukan keseluruhan dari amunisi tersebut. Selongsong peluru adalah benda yang merupakan wadah yang yang membungkus proyektil peluru dan terdiri dari propelan ( biasanya bubuk mesiu) , rim, dan primer. Bubuk mesiu berfungsi sebagai pencetus ledakan yang mendorong proyektil peluru dengan energi kinetik. Selongsong peluru sendiri baru dikenal pada penggunaan amunisi senjata api modern. Sebuah selongsong yang berisi propelan tanpa menggunakan proyektil peluru disebut peluru hampa atau peluru kosong, di mana saat primer terpukul, hanya akan terdengar suara ledakan tanpa adanya proyektil yang ditembakkan senapan. Peluru hampa umumnya digunakan saat dibutuhkannya suara dan kilatan senjata api, tanpa proyektil yang berbahaya, misalnya untuk latihan militer, dalam pengambilan gambar film, dan pada pistol penanda pada olahraga balap lari. Walaupun tidak berisi anak peluru, peluru hampa tetap berbahaya. Peluru hampa dapat menyebabkan kematian bila ditembakkan ke seseorang pada jarak yang dekat. Pemeran film Brandon Lee dan Jon-Erik Hexum tewas karena senjata api yang menggunakan peluru hampa. Terdapat satu lagi jenis amunisi khusus lainnya yaitu peluru karet. Peluru karet adalah proyektil yang terbuat dari karet, atau yang dilapisi karet, yang ditembakkan dari senjata api. Peluru karet digunakan sebagai senjata tidak mematikan, namun tetap dapat menembus kulit manusia. Peluru karet tetap dapat menyebabkan kematian apabila digunakan pada jarak dekat atau terkena bagian vital seperti kepala. Peluru karet, bersama dengan peluru plastik, lilin, dan kayu, digunakan pada saat kerusuhan atau unjuk rasa. Pertama kali diperkenalkan oleh pemerintah Amerika Serikat guna menghadang demonstran anti perang Vietnam pada tahun 60-an. Bagaimana Proses Sebuah Peluru Ditembakkan Selongsong peluru bersifat kedap udara dan akan mengunci ruang pembakaran amunisi dari segala arah kecuali pada bagian bawah selongsong tersebut. Ketika pelatuk senapan ditarik, pin pemicu tembakan akan memukul primer dan memicunya. Percikan api akan terjadi akibat pukulan pin pada primer dan akan membakar gas pada bubuk mesiu. Gas yang terbakar dari bubuk mesiu mendorong proyektil peluru lepas dari selongsong-nya. Setelah peluru terlepas, tekanan pada selongsong akan hilang menjadikan selongsong tersebut terlontar keluar dari ruang pembakaran. Satu dasawarsa terakhir factor keamanan menjadi suatu hal yg sangat didambakan oleh seluruh masyarakat Jakarta. Jakarta merupakan Kota terpadat dan termajemuk di Indonesia, yang juga merupakan kota yg paling tinggi tingkat kriminalitasnya , mungkin tidak hanya tertinggi di Indonesia , akan tetapi di seluruh Asia tenggara. Selain tingkat kriminilitas yang tinggi , Jakarta yang merupakan pusat pemerintahan Negara Indonesia , juga merupakan target utama bagi gerakan gerakan teroris , baik teroris lokal maupun internasi-onal guna menggoncang kestabilan keamanan negara maupun guna tujuan- tujuan politik sekala international , yg di tahun tahun terakhir begitu dahsyatnya menggoncang kota Jakarta . Kasus kedubes filipina, kasus malam Natal 2001 , kasus Hotel Ma-rriot, dan terakhir beberapa saat yg lalu kedubes Australia yang digoncang Bom berkekuatan tinggi yg memporak porandakan gedung sekitarnya yang beradius 500 meter dan merengut nyawa orang-orang yg tak berdosa serta melukai ratusan orang. Belum lagi bom-bom yg sekala kecil yg sering terjadi di tahun belakangan ini. Merupakan bukti bahwa factor keamanan begitu susahnya kita dapatkan. Begitu juga kriminalitas dijalan, perampokan bersenjata, tajam, kam-pak, bahkan perampokan dengan senjata api sudah merupakan menu harian koran-koran ibukota. Terbongkarnya penyelundupan 2 kontainer berbagai tipe Senjata Api pada 12 November 2004 oleh bea cukai Tanjung Priok , salah satu bukti bahwa jakarta juga merupakan target potensial untuk beredarnnya senjata api ilegal, lalu kemanakah beredarnya senjata senjata terse-but maka tidak heran perampokan dan kejahatan bersenjata api telah menjadi trend kejahatan saat ini. Rasa ketidak aman berkendara di jalanan jakarta tidak hanya oleh faktor kejahatan seperti tsb diatas saja, akan tetapi sering kali kita terjebak dalam Tawuran anak anak sekolah dan tawuran antar war-ga, dimana batu batu dan benda keras lainnya bisa sangat mengan-cam keselamatan kita dan keluarga kita yg sedang berada dan ter-jebak ditengah tengah situasi tersebut. Kerja Keras Polisi sebagai benteng kemananan masyarakan selama ini terbukti belum lah cukup, masih saja terjadi hal2 seperti tersebut diatas. Usaha pengamanan Sendiri adalah hal pencegahan yg paling tepat yg harus dilakukan oleh kita. Pengertian Kaliber Peluru DALAM berbagai publikasi media massa, baik cetak maupun elektronik, seringkali kita menemukan kekeliruan dalam penyebutan kaliber peluru, mulai senjata ringan sampai berat. Karena keawaman sebagian pihak, penulisan kaliber peluru jika akhirnya menimbulkan kerancuan dan kekeliruan yang berakibat ketakjelasan senjata yang dimaksud. Pengertian kaliber peluru, artinya diameter proyektil dikalikan dengan panjang kelongsong peluru, yang biasanya dihitung dalam ukuran milimeter ( umumnya daratan Eropa) dan inci ( terutama Inggris dan Amerika) . Untuk senjata genggam jenis pistol, revolver, dan pistol mitraliur, yang paling umum adalah kaliber .22, kaliber 9 mm, kaliber 7, 65 mm, kaliber .45, kaliber .32, kaliber .38, dll, sedangkan senapan dan senapan mesin yang kini umum digunakan adalah kaliber 7, 62 mm, kaliber 5, 56 mm, kaliber .30. Hanya saja, saat ini sering terjadi kekeliruan dalam penulisan kaliber peluru, terutama bagi kalangan awam, misalnya menyebutkan ada peluru pistol kaliber 45 mm, kaliber 38 mm. Padahal, angka kaliber peluru tersebut dihitung dalam ukuran inci, sebenarnya yaitu kaliber 0, 45 inci yang ditulis dalam penulisan singkat ala internasional menjadi .45 ( titik 45 menunjukan singkatan dari 0, 45 inci) jika dikalkulasi kepada hitungan milimeter menjadi 11, 43 mm. Begitu pula kaliber 38, sebenarnya adalam 0, 38 inci atau disingkat .38 yang dihitung ke dalam milimeter menjadi 9, 6 mm. Jadi dapat dibayangkan, jika ada peluru memiliki kaliber 45 inci, ini berarti hampir seukuran peluru meriam ! Penggunaan peluru kaliber .45 sendiri, saat ini sudah jarang tak digunakan lagi, termasuk oleh â mbahnyaâ yaitu Amerika, di mana mereka terakhir menggunakan melalui Colt M1911A1 yang kemudian digantikan Beretta M92F ( kaliber 9 mm x19) pada awal tahun 1990-an. Saat ini, hampir seluruh negara menggunakan pistol dengan standar peluru kalier 9 mm x 19, termasuk eks Blok Uni Sovyet/ Rusia dkk ( tadinya menggunakan 9 mm x 18) dan produsen asal Asia, Amerika Selatan, Afrika, dll, walau masih ada sebagian memproduksi versi kaliber .45, .44, .40, dll. Begitu pula jika mengacu kepada kaliber dalam hitungan milimeter, ini pun menyangkut beberapa produk, karena ada beberapa kaliber yang tak sama. Misalnya kaliber 9 mm, untuk produk umum digunakan sebenarnya ada tiga jenis, yaitu 9 mm x 19 mm ( disebut juga 9 mm Parabellum, 9 mm Luger, ini aslinya produk Eropa Barat, khususnya Belgia dan Jerman) , 9 mm x 19 mm ( disebut pula 9 mm Makarov, aslinya produk Rusia) , dan 9 mm x 21 mm ( produk Eropa Barat untuk senjata genggam sipil) , serta 9 mm x 17. Sebagai gambaran, sejumlah pabrik senjata ringan, baik senjata genggam ( pistol dan revolver) atau pistol mitraliur/ sub-machine gun, bukan hanya memproduksi sebuah produk dengan satu standar kaliber saja, namun juga dalam beberapa kali sesuai pangsa pasar. Saat ini yang paling banyak laku di pasaran dan menjadi standar adalah 9 mm x 19, disamping sebagian menggunakan versi kaliber .45 atau versi .38, kaliber .357 serta .44 ( untuk militer dan polisi) , untuk sipil biasanya kaliber 7, 65 mm atau kaliber .32 serta kaliber .22. Untuk jenis senapan dan senapan mesin, produksi berbagai negara di dunia saat ini cenderung ramai-ramai menggunakan 5, 56 mm x 45 yang dipopulerkan melalui senapan serbu M-16 di Vietnam dan senapan mesin regu FN Minimi Belgia, sedangkan versi lama 7, 62 mm x 51 kini kebanyakan untuk keperluan khusus, misalnya penembak jitu di mana produk yang masih diandalkan adalah M-14 Amerika dan senapan mesin serbaguna FN MAG Belgia ( serta versi buatan Inggris dan Amerika) dan M-60 Amerika, yang masih bertahan menggunakan 7, 62 mm x 39 aslinya Uni Sovyet/ Rusia pada senapan serbu AK-47 ( dan produk-produk pengembangan dari Cina, Jerman Timur, Korea Utara, India, dll) . Sedangkan pengertian kaliber peluru dari ukuran, misalnya 5, 56 mm x 45, artinya, proyektil memiliki diameter 5, 56 mm dengan panjang kelongsong 45 mm, 9 mm x 19 artinya proyektil berdiameter 9 mm dengan panjang kelonsong 19 mm. Sedangkan dengan pengukuran inci jarang dicantumkan dengan panjang kelongsong. Contoh kaliber peluru senjata ringan yang umum digunakan: Senjata genggam Pistol contoh 9 mm x 19; Beretta M92 Italia ( di Amerika disebut M-9) , FN Browning ; P35 Belgia ( di Indonesia sering disebut FN46, PT Pindad Bandung memproduksi dengan nama P-1) , SiG Sauer P228 . Swiss/ Jerman ( Amerika menyebut M-11) , Glock 17 Austria, Walther PPS dan HKP7 Jerman, Model 77 Cina, Bul M5 Israel 9 mm x 18 Makarov PM/ PMM Rusia, P-64 Polandia, 7, 62 x 25 Type 68 ( Korea Utara) .45 Colt M1911/ 1911A1 ( di Indonesia disebut FN 45) Revolver .357 FN Barracuda Belgia ( diproduksi pula versi kaliber .38 SPC dan 9 mm x 19) , Manurhin M73 Prancis, Korth Jerman .38 Enfield no.2 Inggris, Colt Detective Special, Colt Police Service Amerika, Colt Phyton Amerika. .44 S& W model 696 Amerika Sub-Machine Gun 9 mm x 19 MP-5 Jerman, Uzi Israel ( diproduksi pula kaliber .45) , Beretta M12S ( Indonesia melalui PT Pindad memproduksi versi sipil polisi hutan, dengan nama PM1A1 kaliber 9 mm x 21) , MP-40 Jerman, Sten Inggris, Carl Gustav M45 Swedia, MAT-49 Prancis, Changfeng Cina .45 Thompson M1 Amerika, Ingram M-10/ M-11 ( juga diproduksi kaliber 9 mm x 19) , 9 mm x 18 PP-19 Bison ( Rusia, diproduksi pula kal 9 mm x 19 dan kal 7.62 mm x 25) , CZ 61 ( ada pula versi 9 mm x 17, dan 7, 62 mm x 25) Senapan 5, 45 mm x 39 AK-74 5, 56 mm x 45 Colt M16A1/ A4, M-4 Amerika, G-36 Jerman, FN FNC Belgia, FN SCAR Belgia, SS-1 dan SS-2 Pindad Indonesia, Insas India, FAMAS Prancis, L85/ SA-80 Inggris, SR-88 Singapura, K-1 Korea Selatan, AK-101/ 102 Rusia, Steyr AUG Austria, F-88 Australia, Type 89 Jepang, XM-8 Amerika/ Jerman, Galil Israel ( diproduksi pula kaliber 7, 62 mm x 51) , Tavor Israel 7, 62 mm x 51 M-14 Amerika, G-3 Jerman, Beretta BM-59 Italia, SP-1 PT Pindad Indonesia 7, 62 mm x 39 AK-47 Rusia, SKS Rusia, Type 56 Cina, Senapan mesin 5, 45 mm x 39 RPK-74 Rusia5, 56 mm x 45 FN Minimi Belgia ( dan produk pengembangannya di Amerika, Israel, dll) , Ultimax-100 Singapura, 7, 62 mm x 51 FN MAG Belgia ( dan produk pengembangan di Inggris, Amerika, Indonesia, dll) , MG-3 Jerman7, 62 mm x 39 RPK dan .50 FN Browning M2HB, XM-32 Amerika, CIS .50 Singapura. * * * Note : Semua Produk yang kami edarkan ke seluruh indonesia & dunia telah lulus uji LITBANG TNI-AD-Batujajar, Bandung-JAWA BARAT. Helm anti peluru buatan kami telah di pakai oleh pasukan perdamaian indonesia ke negara Laos, cambodia, Congo dll dan telah lolos standart uji oleh PBB yang dipakai melalui pasukan UN ( United Nation ) | ||
|
Anda mendapat [3] permintaan baru. Ke Menu Anggota Depan - Penawaran Dagang - Daftar Produk - Daftar Permintaan - Daftar Kerjasama - Daftar Perusahaan © 2024 Indotrade.com. Hak Cipta Dilindungi Undang-undang. |